0
Sinopsis Film
Posted by Unknown
on
09.18
in
Sinopsis Film
FILM Taare Zameen Par: "Every Child is Special"
Setiap anak memiliki keunikan. Mereka semua adalah sesuatu yang spesial. Kalian, kita hanya cukup melihat mereka lebih dekat. Lebih mengerti mereka, lebih memperhatikan mereka. Anak-anak adalah mutiara yang berkilauan dan menghiasi dunia ini. Mimpi-mimpi mereka adalah kekuatan yang akan membuat mereka tetap bersinar. Bakat yang mereka miliki adalah bekal untuk hidup mereka.
Demikian pesan pendek yang dimunculkan dalam sebuah film yang berjudul seperti judul tulisan ini, “Taare Zameen Par”. Film yang diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor gaek dalam film-film India, ini adalah salah satu film Bollywood yang membawa satu pencerahan dan hal baru bagi penikmatnya. Film ini bercerita tentang seorang anak, Ishaan, yang menderita disleksia. Sebuah penyakit yang bisa saja terjadi akibat keturunan. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis karena mereka tidak memiliki kemampuan dasar untuk membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain yang cenderung mirip, misalnya ‘b’ dan ‘d’. Mereka yang menderita ini juga cenderung memasangkan huruf untuk membuat kata dalam urutan yang terbalik, misalnya, ‘sir’ ditulis ‘ris’.
Sebenarnya, beberapa film pernah mengangkat tema ini. Penyakit disleksia pernah menjadi sorotan dalam beberapa film yang dibuat. Di Indonesia, ada film “Juni di Bulan Juli” yang tokoh utamanya juga menderita penyakit ini. Beberapa film Barat seperti “My Sister Keeper” juga sedikit menceritakan tentang penyakit ini.
Kelebihan dari film ini adalah penceritaan dari sudut yang berbeda. Yang diceritakan adalah seorang anak kecil berusia sekitar sembilan tahun yang memiliki penyakit yang cukup jarang terjadi ini. Ishaan adalah anak yang dicap bandel, pemalas, bodoh, bahkan idiot oleh guru, teman-teman, dan ayahnya, orang tuanya sendiri. Ia selalu menghindari kelas-kelas yang membuat dia harus menulis, membaca, berhitung. Dia tidak suka pelajaran tentang bahasa, matematika, geografi, tetapi ia suka menggambar. Ia senang dengan melukis. Lukisannya adalah imajinasi dan mimpi tanpa batas yang dimilikinya.
Kemampuan inilah yang tidak dilihat oleh orang lain, bahkan oleh orang tua yang seharusnya menjadi orang terdekat baginya. Perhatian yang kurang diberikan kepada Ishaan juga membuat ayah-ibunya tidak mengerti lebih dahulu tentang ‘kelainan’ yang diderita oleh anaknya. Kekurangan yang dimiliki Ishaan membuat ia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Beberapa kali ia harus tetap di kelasnya dengan nilai yang tidak bagus dalam pelajaran-pelajaran ‘yang tidak disukainya’. Lalu, keluarganya mengirimnya pada sebuah sekolah asrama. Orang tuanya berharap bahwa segala kebandelan dan kenakalan yang dibuatnya akan berkurang dan hilang karena sikap disiplin yang harus diterapkan di sekolah asrama tersebut.
Tetapi, yang terjadi sebaliknya. Ishaan merasa terbuang dari keluarganya. Ia merasa tidak diharapkan dalam keluarganya. Tidak seperti kakaknya yang selalu menjadi juara dalam semua mata pelajaran. Di sekolahnya yang baru, Ishaan kehilangan keceriaannya, juga kenakalannya, bahkan juga kesenangannya untuk melukis. Bakat yang dimilikinya ikut hilang karena tidak ada yang menganggap hal tersebut, tidak ada penghargaan atasnya. Hal tersebut berlangsung hingga datang seorang guru kesenian yang memiliki cara mengajar yang berbeda, Ram Shankar Nikumbh. Strategi pengajaran yang berbeda. Pandangan tentang belajar, gaya belajar, serta pandangan terhadap setiap anak yang berbeda. Setiap anak memiliki keunikan sendiri. Ini yang harus dilihat oleh orang lain.
Di sinilah, film ini menurut saya menjadi menarik. Pendidikan masih menjadi sorotan utama. Bahwa pendidikan yang kita lakoni selama ini masih saja mementingkan segala sesuatu yang terlihat. Nilai di rapor yang baik, hasil UAN yang mencengangkan, prestasi yang membanggakan. Tetapi, kita sering sekali mengabaikan hal-hal yang tidak terlihat. Emosi anak-anak, spiritual, dan pembentukan mental mereka. Warna merah sering kita gunakan untuk mewarnai buku anak-anak yang salah menjawab soal. Makian, cemoohan, dan suara lantang kita masih sering kita benturkan pada dinding-dinding kelas agar anak-anak mendengarkan kemarahan kita karena mereka tidak memperhatikan pelajaran yang sedang kita berikan. Terpikirkah oleh kita, bahwa acuhnya mereka mungkin karena pelajaran yang kita berikan memang benar-benar tidak menarik untuk mereka? Sikap butuh terhadap belajar belum tumbuh di hati mereka. Dan inilah peran terbesar seorang pendidik, menumbuhkan sikap butuh terhadap belajar bagi anak-anak.
Kembali pada film ini, sebagai seorang guru, Nikumbh menyadari keadaan muridnya ini. Sebagai seorang guru, Nikumbh mendampingi dan menyemangati Ishaan agar dapat bangkit dari keterpurukannya. Agar Ishaan mampu mencemerlangkan lagi ‘mutiara’ yang dimilikinya dengan tidak terpenjara dalam kekurangannya. Perlahan, Ishaan belajar mengeja lagi, menulis, dan berhitung sebagai kemampuan dasarnya. Ia mulai gemar melukis lagi. Menuangkan mimpi dan imajinasi dalam kertas putihnya. di sini dapat kita lihat bahwa perhatian adalah hal penting yang dibutuhkan oleh anak-anak. Dorongan, pelukan, ciuman, dan kasih sayang, terutama dari orang terdekatnya, adalah tenaga tak terlihat yang mampu membentuk mereka menjadi manusia yang sesungguhnya.
Film yang dibintangi oleh Dharsheel Safary, sebagai Ishaan dan Aamir Khan ini layak menjadi tontonan keluarga yang menarik. Banyak muatan positif yang dapat diambil. Tidak bermaksud menggurui, tapi setelah melihatnya kita mungkin akan memperhatikan anak-anak di sekeliling kita. betapa berharganya mereka, betapa indah senyum yang merekah dari bibir mereka. Betapa merdu tawanya. Yakinlah bahwa mereka sangat spesial, dari sisi yang mungkin berbeda. Cukup lihat mereka lebih dekat!
Posting Komentar